Apa Alasan
Remaja Bunuh Diri?
FENOMENA
bunuh diri pada anak dan remaja dalam beberapa tahun terakhir ini semakin
meningkat drastis. Hal itu bukan hanya merupakan masalah kesehatan semata,
tetapi sangat kompleks menyangkut berbagai aspek kehidupan (mental – emosional
– sosial – ekonomi – pendidikan – rohani dan kesejahteraan). Banyak penelitian
telah dilakukan mengenai fenomena ini, baik mengenai epidemiologi, etiologi,
faktor risiko, maupun terapi dan prevensi. Namun untuk Indonesia hal ini masih
sangat terbatas.
Agar dapat dilakukan berbagai
upaya mulai dari pencegahan dan intervensi terhadap faktor-faktor yang dapat
dimodifikasi, perlu pemahaman tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
bunuh diri pada anak dan remaja.
Keberhasilan bunuh diri pada
remaja laki-laki 5 kali lebih besar dibandingkan wanita, meskipun untuk
percobaan bunuh diri pada remaja wanita 3 kali lebih banyak dibandingkan remaja
laki-laki. Ide-ide bunuh diri bukan merupakan fenomena yang statis dan dapat
berubah dari waktu ke waktu. Keputusan untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba
(impulsif) tanpa banyak dipikirkan terlebih dahulu atau keputusan merupakan
puncak dari kesulitan atau kebingungan yang berkepanjangan.
Profil anak dan remaja bunuh
diri
Anak dan remaja yang
mempunyai risiko bunuh diri, umumnya mempunyai profil atau ciri-ciri, di
antaranya:
* Dikenal lingkungannya
sebagai anak “baik”.
* Memiliki tuntutan kemampuan
yang tinggi.
* Punya minat dan keinginan
tinggi.
* Memiliki karakter
perfeksionis atau selalu harus sempurna.
* Kesulitan untuk dapat
menerima kekurangan diri.
* Prestasi akademik mulai
kurang sampai di atas rata-rata.
Faktor pencetus bunuh diri
Bunuh diri pada anak dan
remaja sering berhubungan dengan stresor yang terjadi sesaat. Faktor pencetus
yang mendahului tindak bunuh diri pada anak dan remaja umumnya karena:
* Konflik dan pertengkaran
dengan anggota keluarga (adik, kakak atau orang tua).
* Menghindari atau antisipasi
terhadap hukuman, misal dari orang tua, guru atau polisi karena kesalahan yang
dibuatnya.
* Kehilangan muka atau
dipermalukan di depan teman-temannya.
* Pertengkaran dengan pacar
atau putus cinta.
* Kesulitan di sekolah baik
akademis, hubungan interpesonal atau keuangan.
* Perpisahan dengan orang
yang berarti bagi dirinya.
* Penolakan baik oleh orang
tua, teman atau lingkungannya.
Berhubungan dengan AIDS, kita sebagai remaja yang
mungkin frustasi karena telah terjerumus ke dalam lembah penyakit mematikan ini
semestinya sayangi diri dan mencari solusi. setiap hal ada konsekuensinya,
menanam jagung akan menuai jagung, menanam perilaku seksual yang tidak
seharusnya dilakukan remaja karena nafsu sesaat akan menemukan banyak resiko.
Dalam agama pun dilarang bunuh diri. Jadi apapun masalahnya kita tenangkan
pikiran dan cari solusi.
Menyesal? tentu ! Setiap melakukan kesalahan,
penyesalan datang di saat terakhir. Namun penyesalan yang diikuti dengan
tindakan akan membuahkan hikmah yang mendalam.
Fakta remaja yang sering bunuh diri justru yang tidak
dapat menyalurkan perasaannya dengan baik. semua yang terlihat justru hanya
kebohongan karena tidak mampu menahan beban dari masalah dan tak mampu mencari
solusi. Sebaiknya kita menjaga diri kita seperti yang telah Tuhan berikan.karena
yang beliau berikan untuk kita jaga. Seburuk-buruk masalah,mari kita cari solusi
bersama dan jangan sekalipun menyakiti diri sendiri. Saya yang nyaris
terperosok ke dalam jeratan bunuh diri tidak ingin ada yang mengikuti hal
tersebut. Bunuh diri???? Pikir dan sayangi diri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar